Fisika, mata pelajaran yang juga menjadi momok bagi para siswa selain mata pelajaran matematika. Namun tingkat ketidak sukaan terhadap fisika lebih tinggi dibanding terhadap matematika ketika siswa mencapai jenjang SMA, ya, karena di fisika siswa dituntut untuk berlogika tinggi. Hafal rumus tidak menjamin siswa bisa mengerjakan soal-soal atau masalah fisika. Siswa harus mentranslate bahasa soal yang biasanya dalam bentuk cerita ke bahasa fisika yang sebenarnya juga bahasa matematika. Siswa harus bisa membayangkan bagimana suatu kejadian itu terjadi seolah-olah ada di hadapannya.
Lalu kenapa rata-rata siswa mengatakan bahwa waktu SMP pelajaran Fisika itu mudah? Kenapa Fisika SMA itu sulit? Dan ujung dari ketidak pahaman terhadap fisika adalah siswa akan bertanya, kenapa sih kita harus belajar fisika yang seribet ini? Emang gunanya apa? Emang kalau nanti jadi pemain bola harus memperhitungkan sudut elevasi tendangannya agar bola tepat masuk ke gawang atau diumpan tepat ke sasaran? Emang ketika saya kerja di perakitan motor saya harus menghitung torsi dari bagian-bagian motor?, bukankah itu sudah dilakukan oleh mesin? Ya, itu pertanyaan siswa-siswa Indonesia yang tidak paham esensi belajar fisika.
Siapa yang salah? Siswa? Mungkin guru yang egois akan menjawab iya, ini salah siswa yang tidak mau belajar sungguh-sungguh, baca buku, hafalin rumus, dan beberapa alasan yang lain. Guru yang egois tidak mau mengoreksi dirinya sendiri sudah benarkah dia dalam mengajar. Sudah menjelaskan konsep-konsep hukum fisika yang secara benar dan jelas pada siswa atau belum. Nah masalahnya kebanyakan guru fisika Indonesia terlalu besar gengsinya untuk mengakui kekurangan-kekurangan yang dimiliki, sama seperti manusia Indonesia pada umumnya.
Tidak sepenuhnya siswa yang salah, bahkan menurut saya yang salah adalah gurunya, ya, guru fisika. Kebanyakan guru fisika tidak mendalami materi yang diajarkan, bahkan mereka sering bingung sendiri dengan konsep hukum-hukum fisika dalam mata pelajaran fisika. Dan selalu, mereka tidak mau mengoreksi itu yang kemudian memperbaikinya. Lagi-lagi gengsi menutup sikap ilmiah mereka yang seharusnya sikap ini menjadi cara hidup guru fisika dan kemudian ditularkan kepada murid-muridnya. Secara sederhana, kebanyakan guru fisika tidak ingin kelihatan ‘bego’ didepan murid-muridnya. Mengajar dengan cara yang ‘ngawur’ dan materi yang diajarkan juga ‘ngawur’. Lalu bagaimana siswa akan suka dan paham dengan fisika jika gurunya saja seperti ini?
Selain guru tidak menguasai konten materi, cara mengajar mereka juga salah, seperti saya katakan pada paragraf sebelumnya cara mengajar mereka ‘ngawur’. Kebanyakan guru fisika belum menemukan seninya mengajar fisika. Mereka cenderung kaku dan salah mengartikan cara pembelajaran yang diamanatkan dalam kurikulum. Memang dalam kurikulum diamanatkan bahwa guru itu hanya sebagai fasilitator, pembelajaran itu tidak dari guru (teacher center), siswa harus menemukan sendiri dan mandiri. Jika kita buat analoginya secara sederhana guru itu tidak memberi ikan tapi kailnya, biarkan siswa yang memancing ikannya. Tapi bukan berarti siswa tidak diajari cara memancing yang benar, cara memasang umpan yang benar. Bukan berarti pula ketika siswa sedang memancing, guru enak-enakan alias tidak memandu murid-muridnya. Bukan berarti juga siswa yang salah, ketika siswa tidak dapat ikan, pada akhirnya guru harus tetap memberi ikannya, jangan biarkan siswa pulang tanpa membawa ikan.
Kebanyakan guru fisika tidak peduli dengan murid-murid yang kurang bisa memahami materi pelajaran. Bagi mereka yang penting mereka mengajar dengan cara mereka sendiri yang mereka anggap itu merupakan cara terbaik. Dan jika memang siswa tidak paham, mereka berasumsi bahwa siswanya yang tidak mau berusaha belajar lagi atau siswa tidak mendengarkan penjelasan dengan serius di kelas. Padahal mungkin cara mengajar mereka tidak membuat ketertarikan murid terhadap apa yang mereka sampaikan.
Fisika itu ada ceritanya, fisika itu sangat banyak objek kajiannya di lingkungan sekitar. Tapi sayang, guru terkadang monoton dalam mengajar, mengajar sesuai yang tertulis saja di buku pegangan. Tanpa inovasi, tanpa elaborasi, tanpa eksplorasi, tentunya akan membuat murid semakin tidak tertarik dengan fisika. Bahkan tidak sedikit guru fisika yang suka memberi hafalan rumus-rumus cepat kepada siswa, padahal soal-soal fisika itu tidak sekedar memasukkan angka-angka ke dalam rumus dan dengan cepat dapat jawaban. Murid harus diajak berlogika dan mengimajinasikan soal-soal. Konsep-konsep dalam fisika harus sebisa mungkin dibuat se-real /nyata di mata siswa, sehingga siswa mampu memikirkannya secara logis di dalam otak. Semoga guru fisika segera tersadar akan ke’ngawur’annya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar